Hatiku


Sukar untuk ku ungkapkan apa yang terbuku di hati...
Terkadang sukar untuk di mengerti..
Biar berbicara...
Namun mulut masih bisa mengungkapkannya...
Apa yang sebenarnya berlaku?
Mengapa hatiku ini tidak seperti dulu?

Dalam tahajjud..
Ku hamparkan segala keresahan,
Ku lepaskan segala rintihan,
Ku lontarkan segala kesedihan...
Yang sering bertandang tanpa diundang..

Dalam zikirku..
Ku mengharapkan secebis ketenangan kalbu,
Ku mencari kedamaian dalam alunan tasbihku,
Ku cuba melupakan segala kepahitan yang bertamu...

Dalam doa munajatku..
Ku memohon pada mu Ya Rabbi,
Berilah kesabaran dalam meniti dugaan,
Kuatkan semangat diri yang kian rapuh,
Biar apa yang terjadi pergi bersama angin lalu.....

Duhai Qalbu kesayanganku,
Peneman segenap ruang hidupku,
Tempat aku mengadu...
Duhai Hati yang bercelaru...
Leraikanlah apa yang terbuku..

Nafsu yang sombong

Dalam sebuah kitab karangan ‘Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syaakir Alkhaubawiyi, seorang ulama menceritakan bahwa sesungguhnya Allah S.W.T telah menciptakan akal, maka Allah S.W.T telah berfirman yang bermaksud : ”Wahai akal mengadaplah engkau.”


Maka akal pun mengadap kehadapan Allah S.W.T., kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud :

“Wahai akal berbaliklah engkau!”, lalu akal pun berbalik.


Kemudian Allah S.W.T. berfirman lagi yang bermaksud : ”Wahai akal! Siapakah aku?”.


Lalu akal pun berkata, “Engkau adalah Tuhan yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu yang daif dan lemah.”


Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : ”Wahai akal tidak Ku-ciptakan makhluk yang lebih mulia daripada engkau.”


Setelah itu Allah S.W.T menciptakan nafsu, dan berfirman kepadanya yang bermaksud :

“Wahai nafsu, mengadaplah kamu!”. Nafsu tidak menjawab sebaliknya mendiamkan diri.


Kemudian Allah S.W.T berfirman lagi yang bermaksud : ”Siapakah engkau dan siapakah Aku?”.


Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku, dan Engkau adalah Engkau.”


Setelah itu Allah S.W.T menyiksanya dengan neraka jahim selama 100 tahun, dan kemudian mengeluarkannya.


Kemudian Allah S.W.T berfirman yang bermaksud :

“Siapakah engkau dan siapakah Aku?”. Lalu nafsu berkata, “Aku adalah aku dan Engkau adalah Engkau.”


Lalu Allah S.W.T menyiksa nafsu itu dalam neraka Juu’ selama 100 tahun. Setelah dikeluarkan maka Allah S.W.T berfirman yang bermaksud : ”Siapakah engkau dan siapakah Aku?”.


Akhirnya nafsu mengakui dengan berkata, ” Aku adalah hamba-Mu dan Kamu adalah tuhanku.”


Dalam kitab tersebut juga diterangkan bahwa dengan sebab itulah maka Allah S.W.T mewajibkan puasa.


Dalam kisah ini dapatlah kita mengetahui bahwa nafsu itu adalah sangat jahat oleh itu hendaklah kita mengawal nafsu itu, jangan biarkan nafsu itu mengawal kita, sebab kalau dia yang mengawal kita maka kita akan menjadi binasa.

Mari Berselawat ke atas Nabi.


Daripada Jabir bin Abdullah radhiallahu’anhuma berkata:


Nabi SAW naik ke atas mimbar kemudian berkata, “Amin, amin, amin”.


Para sahabat bertanya. “Kenapa engkau berkata ‘Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?”


Nabi SAW bersabda,

“Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : ‘Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak berselawat kepadamu dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin’.


Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!’, maka aku berkata : ‘Amin’.


Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi itu tidak memasukkan dia ke syurga dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin”. [Hadis Riwayat Bukhari]

Seindah Mutiara Kata...

Imam Ali berkata, “Allah menyayangi orang-orang yang mengetahui kadar dirinya dan tidak melewati batas perjalanannya; menjaga lisannya dan tidak mensia-siakan umurnya”.


Didiklah anak-anakmu itu berlainan dengan keadaan kamu sekarang kerana mereka telah dijadikan Tuhan untuk zaman yang bukan zaman engkau – Saidina Umar Al-Khattab.


Rasulullah bersabda bermaksud: “Berbahagialah hidup di dunia bagi orang yang mengumpul kebajikan untuk bekalan hari akhiratnya, sehingga dia memperoleh reda Tuhannya. Dan celakalah hidup di dunia bagi orang yang dipengaruhi oleh dunia, hingga dia terhalang daripada (mengerjakan) amalan untuk akhiratnya, dan lalai untuk memperoleh reda Tuhannya.” Hadis riwayat al-Hakim.


Rasulullah s.a.w bersabda maksudnya, “Setiap mata akan menangis pada hari kiamat kecuali mata yang menutup dari melihat sesuatu yang haram, mata yang berjalan malam dalam jihad pada jalan Allah dan mata yang menitiskan air mata sekali pun sebesar kepala lalat kerana takutkan Allah.” (H.R Abu Naim)


Selemah-lemah manusia ialah orang yg tak boleh mencari sahabat dan orang yang lebih lemah dari itu ialah orang yg mensia-siakan sahabat yg telah dicari ( Saidina Ali)


Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi,memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat ~ Khalifah Abdul Malik bin Marwan